PILIHAN BAHASA

Fenomena berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain, atau memilih ragam bahasa tertentu sesuai konteks komunikasi, disebut pilihan bahasa (language choice). Pilihan bahasa menjadi kajian penting dalam sosiolinguistik, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat

SOSIOLINGUISTIK

10/20/20255 min read

black blue and yellow textile
black blue and yellow textile

Pendahuluan

Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol sosial yang mencerminkan identitas penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai situasi komunikasi yang menuntut penyesuaian bentuk bahasa. Misalnya, seseorang bisa berbicara dengan bahasa daerah di rumah, menggunakan bahasa Indonesia di kampus, dan beralih ke bahasa Inggris saat menulis di media sosial atau berinteraksi dengan orang asing.

Fenomena berpindah dari satu bahasa ke bahasa lain, atau memilih ragam bahasa tertentu sesuai konteks komunikasi, disebut pilihan bahasa (language choice). Pilihan bahasa menjadi kajian penting dalam sosiolinguistik, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat.

Dalam masyarakat multilingual seperti Indonesia, di mana terdapat ratusan bahasa daerah dan satu bahasa nasional, pilihan bahasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial. Setiap individu secara sadar maupun tidak sadar melakukan proses pemilihan bahasa sesuai dengan siapa lawan bicaranya, di mana interaksi terjadi, dan untuk tujuan apa komunikasi dilakukan.

5.1 Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian dan pentingnya pilihan bahasa dalam konteks sosiolinguistik.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan bahasa dalam interaksi sosial.

3. Menganalisis fenomena pemilihan bahasa di lingkungan keluarga multilingual.

4. Melakukan observasi penggunaan bahasa dalam acara resmi maupun santai.

1. Pengertian Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa (language choice) adalah keputusan seorang penutur untuk menggunakan bahasa tertentu di antara dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa yang ia kuasai. Menurut Fishman (1972), pilihan bahasa terjadi karena adanya kebutuhan sosial dan situasional yang berbeda. Dengan kata lain, seseorang menyesuaikan bahasa yang digunakan berdasarkan konteks komunikasi.

Sebagai contoh, mahasiswa asal Bugis yang kuliah di Makassar mungkin berbicara bahasa Bugis di rumah, menggunakan bahasa Indonesia saat kuliah, dan beralih ke bahasa Inggris ketika menulis di jurnal akademik. Setiap bahasa dipilih karena sesuai dengan fungsi sosialnya.

Pilihan bahasa juga tidak selalu berarti berpindah bahasa sepenuhnya. Kadang seorang penutur bisa mencampur dua bahasa dalam satu tuturan — fenomena ini disebut alih kode (code-switching) atau campur kode (code-mixing). Meskipun berbeda, keduanya merupakan bagian dari strategi pemilihan bahasa.

2. Pentingnya Pilihan Bahasa dalam Sosiolinguistik

Mengapa pilihan bahasa penting untuk dipelajari? Karena bahasa bukan hanya sarana menyampaikan pesan, melainkan juga alat untuk membangun hubungan sosial, menunjukkan identitas, dan menegaskan peran dalam masyarakat.

Beberapa alasan pentingnya memahami pilihan bahasa antara lain:

1. Menjaga Efektivitas Komunikasi
Setiap konteks komunikasi menuntut kesesuaian bahasa. Bahasa yang tepat akan membuat pesan lebih mudah dipahami dan diterima oleh lawan bicara.

2. Menunjukkan Kesopanan dan Sikap Hormat
Dalam budaya Indonesia, kesopanan sering ditunjukkan melalui pemilihan kata dan bahasa. Misalnya, berbicara dengan dosen menggunakan bahasa baku, sedangkan dengan teman bisa menggunakan bahasa santai.

3. Mencerminkan Identitas Sosial
Bahasa menunjukkan dari kelompok mana seseorang berasal — baik suku, daerah, maupun tingkat pendidikan. Pemilihan bahasa dapat menjadi cara untuk menunjukkan jati diri.

4. Membangun Solidaritas dan Keakraban
Menggunakan bahasa yang sama dengan lawan bicara dapat menumbuhkan rasa kedekatan dan kebersamaan.

5. Menghindari Kesalahpahaman Sosial
Salah memilih bahasa dapat dianggap tidak sopan, arogan, atau tidak menghormati lawan bicara. Oleh karena itu, pemahaman tentang konteks sosial menjadi penting dalam berbahasa.

Dengan demikian, pilihan bahasa merupakan bagian dari kecerdasan sosial dan komunikasi yang harus dimiliki oleh setiap individu, terutama mahasiswa yang hidup di lingkungan multibahasa.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa seseorang tidak terjadi secara acak. Ada berbagai faktor sosial, situasional, dan psikologis yang memengaruhinya. Berikut beberapa faktor utama:

a. Partisipan (Peserta Tutur)

Bahasa yang dipilih sangat bergantung pada siapa yang diajak berbicara.

· Dengan orang tua atau dosen → cenderung menggunakan bahasa yang sopan dan formal.

· Dengan teman sebaya → menggunakan bahasa santai atau bahasa gaul.

· Dengan anak kecil → menggunakan bahasa sederhana.

Contoh:

Mahasiswa berbicara kepada dosen: “Selamat siang, Pak. Apakah Bapak berkenan menjelaskan ulang materi kemarin?”
Mahasiswa berbicara kepada teman: “Bro, lo ngerti gak yang dosen tadi maksud?”

Perbedaan ini menunjukkan penyesuaian bahasa sesuai status dan kedekatan sosial antarpartisipan.

b. Topik Pembicaraan

Topik juga menentukan ragam bahasa yang dipilih. Topik akademik biasanya menggunakan bahasa formal, sedangkan topik santai cenderung menggunakan bahasa informal atau campuran.

Contoh:

Dalam diskusi kelas: “Fenomena bilingualisme ini menunjukkan adanya kontak bahasa yang intens di masyarakat.”
Dalam percakapan santai: “Orang sekarang tuh sering banget nyampur bahasa, ya. Indonesia sama Inggris gitu.”

c. Tempat dan Situasi

Konteks tempat menentukan pilihan bahasa yang sesuai. Dalam acara resmi atau di ruang publik, penutur akan memilih bahasa baku dan sopan. Sebaliknya, di rumah atau tempat nongkrong, bahasa yang digunakan lebih bebas dan akrab.

Contoh:

Acara resmi: “Dengan hormat, izinkan saya menyampaikan laporan kegiatan.”
Situasi santai: “Eh, guys, ini laporan udah kelar belum?”

d. Tujuan Komunikasi

Setiap percakapan memiliki tujuan: menyapa, meminta bantuan, menghibur, menegur, atau mengajar. Pilihan bahasa yang digunakan akan menyesuaikan dengan tujuan tersebut. Misalnya, bahasa yang digunakan untuk menegur tentu berbeda dengan bahasa untuk menghibur.

Contoh:

Menegur sopan: “Mohon jangan ribut dulu, ya.”
Menegur akrab: “Woi, diam dulu, woi!”

e. Status Sosial dan Hubungan Kekuasaan

Faktor status sosial juga sangat menentukan. Penutur biasanya berbicara lebih sopan kepada orang yang memiliki status sosial lebih tinggi atau kepada pihak yang dihormati.

Contoh:

Kepada atasan: “Baik, Pak, akan saya kerjakan segera.”
Kepada teman kerja: “Santai aja, nanti kita beresin bareng.”

f. Kebiasaan dan Identitas Kelompok

Dalam kelompok sosial tertentu, bahasa menjadi simbol identitas. Misalnya, komunitas penggemar K-pop sering menggunakan campuran bahasa Indonesia, Inggris, dan Korea (“Chingu”, “bias”, “stan”), sementara gamer menggunakan istilah seperti “level up”, “noob”, atau “GG”.

g. Kondisi Emosional dan Keakraban

Emosi penutur juga memengaruhi pilihan bahasa. Saat marah, seseorang bisa lebih lugas atau kasar. Sebaliknya, ketika berbicara dengan orang yang disayang, bahasa yang digunakan menjadi lebih lembut dan penuh perasaan.

4. Pilihan Bahasa di Lingkungan Keluarga Multilingual

Indonesia adalah negara multilingual. Banyak keluarga menggunakan dua atau lebih bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di rumah seseorang bisa menggunakan bahasa daerah (seperti Jawa atau Bugis), sementara di sekolah atau tempat kerja menggunakan bahasa Indonesia, dan di internet menggunakan bahasa Inggris.

Fenomena ini disebut bilingualisme keluarga atau multilingualisme rumah tangga.

Contoh:

· Ayah dan ibu berbicara bahasa Jawa.

· Anak berbicara bahasa Indonesia dengan teman, tetapi mengerti bahasa Jawa.

· Kadang mereka mencampur dua bahasa dalam satu kalimat:

“Nak, nanti belanja sekalian ya, biar gak bolak-balik.”

Dalam konteks ini, pilihan bahasa dipengaruhi oleh:

· Tujuan komunikasi (menegur, memberi perintah, bercanda, dll).

· Identitas dan keakraban antaranggota keluarga.

· Kebiasaan sehari-hari dan peran masing-masing anggota keluarga.

Fenomena menarik yang sering terjadi adalah pergeseran bahasa (language shift) — generasi muda lebih sering menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerah. Hal ini bisa mengancam kelestarian bahasa lokal jika tidak dijaga melalui komunikasi antar generasi.

5. Pilihan Bahasa dalam Acara Resmi dan Santai

Salah satu cara terbaik untuk memahami pilihan bahasa adalah dengan mengamati perbedaan penggunaan bahasa dalam situasi resmi dan situasi santai.

Situasi

Ciri Bahasa

Contoh Kalimat

Acara Resmi

Baku, sopan, mengikuti kaidah EYD, struktur kalimat lengkap

“Hadirin yang saya hormati, marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa.”

Acara Santai

Nonformal, banyak singkatan, campur bahasa, ekspresif

“Guys, jangan lupa ya, besok kumpul di taman jam lima sore!”

Perbedaan ini menunjukkan bahwa kemampuan menyesuaikan bahasa dengan konteks adalah bagian dari keterampilan komunikasi yang baik. Dalam dunia profesional maupun akademik, ketepatan memilih bahasa menentukan keberhasilan komunikasi.

6. Latihan Observasi Pilihan Bahasa

Untuk memahami konsep ini secara lebih konkret, mahasiswa dapat melakukan kegiatan observasi:

1. Pilih dua situasi berbeda: satu resmi (misalnya upacara, rapat, seminar) dan satu santai (nongkrong, percakapan di kantin).

2. Catat bentuk bahasa yang digunakan: perhatikan pilihan kata, intonasi, dan ragam kalimat.

3. Identifikasi faktor sosialnya: siapa penuturnya, apa topiknya, bagaimana hubungan sosial mereka.

4. Analisis hasilnya: mengapa bahasa yang digunakan berbeda di kedua situasi tersebut?

Kegiatan ini membantu mahasiswa menyadari bahwa pilihan bahasa bukan sekadar gaya berbicara, tetapi juga bentuk adaptasi sosial dan budaya.

Kesimpulan

Pilihan bahasa merupakan proses sosial yang menunjukkan kecerdasan komunikatif manusia. Dalam masyarakat multilingual seperti Indonesia, kemampuan memilih bahasa dengan tepat menjadi keterampilan penting untuk menjaga keharmonisan dan efektivitas komunikasi.

Faktor-faktor seperti usia, hubungan sosial, topik, situasi, status, dan tujuan komunikasi sangat memengaruhi pilihan bahasa seseorang. Dalam keluarga multilingual, fenomena alih kode, campur kode, dan pergeseran bahasa sering muncul sebagai konsekuensi alami dari interaksi antarbahasa.

Sebagai mahasiswa dan calon pemimpin muda, penting untuk memiliki kepekaan sosiolinguistik: mampu menyesuaikan bahasa dengan konteks, menghormati perbedaan sosial, dan tetap menjaga keberagaman bahasa Indonesia dan daerah. Dengan memahami pilihan bahasa, kita tidak hanya menjadi pengguna bahasa yang baik, tetapi juga pelestari nilai budaya bangsa.

Kata Kunci: pilihan bahasa, sosiolinguistik, multilingualisme, alih kode, campur kode, konteks sosial, ragam bahasa.

Tampilkan Afiliasi Saya
Beli Sekarang