Sejarah dan Perkembangan Penyiaran

Radio menjadi pelopor dunia penyiaran. Awalnya, transmisi gelombang radio hanya digunakan untuk keperluan komunikasi jarak jauh, terutama oleh militer dan pelaut. Namun, perkembangan teknologi di awal abad ke-20 mengubah arah penggunaan tersebut menuju komunikasi publik.

PENYIARAN

10/20/20255 min read

white concrete building during daytime
white concrete building during daytime

Penyiaran adalah salah satu tonggak penting dalam perjalanan komunikasi massa. Melalui penyiaran, informasi, hiburan, dan pendidikan dapat menjangkau masyarakat secara luas, melintasi batas geografis dan sosial. Dalam konteks sejarahnya, penyiaran mengalami perkembangan signifikan, dari teknologi analog hingga ke era digital dan podcasting modern yang kini mengubah pola konsumsi media masyarakat.

1. Sejarah Penyiaran Radio

Radio menjadi pelopor dunia penyiaran. Awalnya, transmisi gelombang radio hanya digunakan untuk keperluan komunikasi jarak jauh, terutama oleh militer dan pelaut. Namun, perkembangan teknologi di awal abad ke-20 mengubah arah penggunaan tersebut menuju komunikasi publik.

Tokoh penting dalam sejarah radio adalah Guglielmo Marconi, seorang ilmuwan Italia yang pada akhir abad ke-19 berhasil mengirimkan sinyal telegraf tanpa kabel melintasi Laut Inggris ke Prancis. Penemuan ini membuka jalan bagi lahirnya teknologi siaran suara.

Pada tahun 1906, Reginald Fessenden dari Kanada berhasil melakukan siaran audio pertama di dunia yang berisi musik dan suara manusia. Ini menjadi awal dari penyiaran publik. Lalu, pada 1920, stasiun radio komersial pertama, KDKA di Pittsburgh, Amerika Serikat, melakukan siaran resmi berita hasil pemilu presiden. Siaran ini menandai era baru komunikasi publik—munculnya media massa elektronik pertama di dunia.

Penyiaran Radio di Indonesia

Sejarah radio di Indonesia dimulai pada masa kolonial Belanda. Pada tahun 1925, Bataviasche Radio Vereeniging (BRV) didirikan di Batavia (Jakarta). Radio ini masih terbatas bagi kalangan masyarakat Belanda dan elit kolonial. Tahun 1933, mulai muncul radio pribumi pertama bernama Solosche Radio Vereeniging (SRV) di Solo, diikuti kemudian dengan Mataram Radio, Bandung Radio, dan lain-lain.

Radio pada masa itu menjadi sarana perjuangan bangsa. Saat masa pendudukan Jepang dan menjelang kemerdekaan, siaran radio dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi perjuangan. Radio Republik Indonesia (RRI) lahir pada 11 September 1945, hanya beberapa minggu setelah proklamasi kemerdekaan. Tokoh seperti Jusuf Ronodipuro dan Abdurrahman Saleh menjadi pelopornya. Slogan pertama RRI, “Sekali di udara tetap di udara,” mencerminkan semangat penyiaran yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengobarkan semangat kebangsaan.

2. Perkembangan Penyiaran Televisi

Setelah radio menjangkau masyarakat luas, kebutuhan akan media visual semakin besar. Televisi menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut. Awalnya, televisi hanyalah eksperimen kecil di Eropa pada akhir abad ke-19, tetapi setelah Perang Dunia II, teknologi televisi berkembang pesat terutama di Amerika dan Inggris.

Sejarah Awal Televisi Dunia

Penemuan televisi berawal dari riset beberapa ilmuwan, termasuk Paul Nipkow dari Jerman yang menciptakan cakram mekanis pemindai gambar (Nipkow Disk) pada 1884. Namun, sistem televisi elektronik modern baru ditemukan oleh Philo Farnsworth dan Vladimir Zworykin pada tahun 1920-an.

Televisi pertama kali disiarkan secara reguler oleh BBC di Inggris pada tahun 1936. Di Amerika, perkembangan pesat terjadi setelah perang, ketika perusahaan-perusahaan besar seperti RCA dan NBC mulai memanfaatkan televisi untuk hiburan dan iklan. Tahun 1950-an menjadi masa keemasan televisi, dengan munculnya acara hiburan, berita, dan serial yang populer.

Awal Mula Televisi di Indonesia

Di Indonesia, sejarah televisi dimulai pada 17 Agustus 1962 ketika TVRI menayangkan siaran perdananya—bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan ke-17 Republik Indonesia. Siaran ini bertepatan pula dengan penyelenggaraan Asian Games IV di Jakarta. Televisi pada masa itu masih hitam putih dan hanya bisa diakses di Jakarta serta kota besar lain yang memiliki pemancar.

TVRI (Televisi Republik Indonesia) menjadi lembaga penyiaran tunggal selama beberapa dekade, membawa misi nasional untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa.” Dalam perkembangannya pada era 1980-an, televisi menjadi bagian penting kehidupan masyarakat. Namun, karena bersifat satu arah, konten televisi masih dikontrol secara ketat oleh negara.

Pada dekade 1990-an, muncul era baru penyiaran di Indonesia. Pemerintah mulai memberikan izin kepada stasiun televisi swasta. RCTI menjadi pionir televisi swasta pertama pada tahun 1989, diikuti oleh SCTV (1990), TPI (sekarang MNC TV), ANTV, Indosiar, dan Metro TV. Sejak saat itu, penyiaran televisi di Indonesia tumbuh pesat dan semakin beragam.

3. Era Digital dan Munculnya Podcasting

Memasuki abad ke-21, penyiaran mengalami revolusi besar. Perkembangan teknologi digital dan internet mengubah wajah media massa secara drastis. Jika dulu masyarakat hanya menjadi penonton atau pendengar, kini mereka bisa menjadi pembuat konten (content creator).

Revolusi Penyiaran Digital

Digitalisasi penyiaran memungkinkan kualitas suara dan gambar yang lebih baik, transmisi yang efisien, serta peningkatan interaktivitas. Televisi digital, radio streaming, dan platform video daring seperti YouTube atau Netflix menjadi bukti nyata pergeseran media dari analog ke digital.

Radio pun mengalami transformasi besar. Kini, masyarakat dapat mendengarkan siaran melalui internet, menggunakan aplikasi streaming seperti Spotify, TuneIn, atau Radio Garden. Pendengar tidak lagi terbatas oleh jarak atau wilayah frekuensi.

Munculnya Podcast

Podcast merupakan bentuk lanjutan evolusi penyiaran modern. Istilah “podcast” berasal dari gabungan kata iPod (perangkat pemutar musik dari Apple) dan broadcast (siaran). Podcast pertama kali populer sekitar tahun 2004 ketika teknologi RSS feed memungkinkan distribusi audio secara otomatis ke perangkat pengguna.

Podcast menjadi fenomena global karena sifatnya yang fleksibel, mendalam, dan personal. Berbeda dengan radio tradisional yang mengandalkan jadwal siaran, podcast dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Pendengarnya bisa memilih tema sesuai minat, mulai dari hiburan, motivasi, hingga pembahasan akademik.

Di Indonesia, podcast tumbuh pesat sejak 2018 seiring meningkatnya penggunaan platform seperti Spotify, YouTube, dan Noice. Para kreator muda seperti Raditya Dika, Deddy Corbuzier, dan Ario Pratomo menjadi pelopor producer podcast lokal dengan gaya percakapan santai dan isi yang relevan bagi generasi muda.

4. Tantangan Penyiaran di Indonesia

Meskipun penyiaran telah berkembang pesat, berbagai tantangan masih dihadapi oleh industri media di Indonesia, baik dari sisi teknologi, regulasi, maupun konten.

a. Tantangan Teknologi

Perpindahan dari sistem analog ke digital membutuhkan infrastruktur besar dan biaya tinggi. Tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap jaringan digital, terutama di wilayah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal). Pemerintah melalui program digitalisasi TV terus berupaya memperluas jangkauan siaran digital agar seluruh masyarakat bisa mengakses informasi dengan kualitas yang merata.

b. Tantangan Regulasi dan Etika

Regulasi penyiaran masih terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Lembaga seperti KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) memiliki tanggung jawab untuk mengawasi isi siaran agar tetap sesuai nilai budaya dan etika publik. Namun, munculnya platform digital tanpa batas seperti YouTube dan TikTok menghadirkan dilema baru. Siapa yang berhak mengatur? Apakah semua konten dapat dianggap bagian dari penyiaran?

Selain itu, isu penyebaran berita palsu (hoaks), ujaran kebencian, dan pelanggaran privasi menambah kompleksitas dunia penyiaran modern. Para penyiar, podcaster, dan kreator konten perlu mengutamakan prinsip jurnalisme yang etis dan bertanggung jawab.

c. Tantangan Konten dan Literasi Media

Kualitas konten menjadi perhatian utama. Dalam era kompetisi media yang sangat ketat, banyak stasiun penyiaran yang lebih menekankan aspek hiburan dibandingkan nilai edukatif. Akibatnya, masyarakat mudah terpengaruh oleh tayangan yang sensasional tanpa memperhatikan dampak sosial dan budaya.

Diperlukan peningkatan literasi media bagi masyarakat agar mereka mampu menilai, menyaring, dan memahami isi siaran dengan bijak. Di sisi lain, lembaga pendidikan dan komunitas kreatif juga memiliki peran penting dalam mencetak generasi penyiar yang profesional, kreatif, dan berintegritas.

d. Adaptasi Profesi Penyiar di Era Digital

Dulu, penyiar identik dengan seseorang yang berbicara di balik mikrofon atau tampil di layar kaca. Kini, perannya melebar: menjadi kreator konten, pengelola media sosial, hingga podcaster atau streamer. Kemampuan komunikasi, penguasaan teknologi, dan kreativitas menjadi syarat utama. Penyiar masa depan harus mampu menggabungkan aspek jurnalistik, teknologi digital, dan keterampilan personal branding.

5. Masa Depan Penyiaran di Indonesia

Melihat perkembangan yang begitu pesat, masa depan penyiaran Indonesia berada di persimpangan penting. Di satu sisi, digitalisasi membuka peluang besar untuk kreativitas tanpa batas. Namun di sisi lain, tantangan integritas, etika, dan pemerataan akses informasi menjadi tugas bersama.

Penyiaran tidak hanya tentang hiburan, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial. Radio dan televisi masih memiliki tempat penting dalam menyebarkan informasi publik dan memperkuat identitas nasional. Sementara itu, podcast dan media digital menambah ruang bagi ekspresi dan inovasi generasi muda.

6. Penutup

Sejarah penyiaran menggambarkan perjalanan panjang komunikasi manusia: dari gelombang radio yang sederhana hingga podcast digital yang dapat diakses dengan satu sentuhan layar. Setiap era menghadirkan tantangan dan peluang baru, namun esensinya tetap sama—menyampaikan pesan, menyatukan manusia, dan menumbuhkan pemahaman antarindividu.

Penyiaran di Indonesia telah menjadi bagian dari perjalanan bangsa: dari masa perjuangan hingga era digital. Kini, tugas generasi muda adalah melanjutkan tradisi tersebut dengan semangat inovasi, integritas, dan tanggung jawab. Sebab di tengah derasnya arus informasi global, suara yang jujur dan bermakna akan selalu memiliki tempat yang istimewa.

Tampilkan Afiliasi Saya
Beli Sekarang